"Setiap kita adalah pejalan kaki. Masing-masing diberi jarak tempuh sendiri-sendiri. Tiada jalan untuk mundur, tiada tempat untuk istirahat sebelum kita mencapai ujung jalan. Kita telah diberikan peta perjalanan dalam Kitab Suci, terserah masing-masing kita untuk menggunakannya atau tidak."

Monday, July 9, 2007

Bijaksana

Seorang teman bertanya pada saya apakah arti kebijaksanaan itu, dan apa batasan atau karakteristik orang yang bijaksana. Saya sejenak terhenyak karena tak bisa menemukan kata-kata yang tepat. Sejujurnya saya tidak tahu harus ngomong apa. Ini adalah pertanyaan filosofis, sejenis pertanyaan seperti yang diajukan secara diam-diam kepada Sophie dalam novel Jostein Gaarder, "Dunia Sophie". Kayaknya saya perlu mengendapkannya lebih dulu lalu kemudian mencoba menyusun jawaban yang 'enak'. Karena itu saya tidak langsung menjawabnya, saya pulang sambil terus memikirkan pertanyaan itu.

Masing-masing orang bisa mempunyai pendapat yang berbeda tentang bijaksana. Bisa saja ada orang yang mengatakan bahwa saya bijaksana, akan tetapi pada saat yang bersamaan ada orang lain lagi mengatakan bahwa saya tidak bijaksana. Wah, kalo gitu sebenarnya bijaksana itu relatif dong. Pada tataran pemikiran manusia, iya, memang relatif, sama seperti kebaikan, kejahatan, keadilan, demokrasi dll.

Menurut saya bijaksana adalah kemampuan untuk memilih yang paling baik dari beberapa pilihan yang ada. Hidup adalah pilihan. Dari waktu ke waktu, menit ke menit, detik ke detik, kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Bahkan pada saat menulis ini pun saya dihadapkan pada pilihan: terus menulis sekarang ATAU berhenti dulu kemudian melanjutkan di lain waktu. Setiap saat adalah pilihan.

Kadang kita harus membuat keputusan yang cukup penting karena keputusan kita itu akan mempengaruhi hidup kita selanjutnya, misalnya ketika lulus SMU kita mau kuliah di jurusan apa; lulus kuliah mau kerja dimana; saat menikah akan menikah dengan siapa; setelah menikah akan tinggal dimana, dll dst. Sering kita memerlukan waktu cukup panjang untuk menentukan pilihan seprti ini. Ada juga pilihan-pilihan yang lebih sederhana, misalnya hari ini mau makan nasi goreng atau pecel lele; minumnya es teh atau es jeruk; pakai baju biru celana kotak-kotak atau baju kotak-kotak celana biru, dll dst.

Ada banyak variabel yang tidak bisa kita kendalikan dalam pengambilan keputusan, dan kita tak bisa berbuat apa-apa untuk itu. Karena itu sering kita menyesali keputusan yang sudah kita buat, walaupun kita tahu bahwa menyesal kemudian itu tidak berguna. Menurut saya, kalau kita sudah mempertimbangkan baik-baik apa yang akan kita pilih, maka segala konsekuensi dari pilihan itu harus siap kita terima, seburuk apapun itu. Begitu kita membuat keputusan dengan sepenuh kesadaran, maka fokuslah untuk meneruskan langkah. Di sinilah pentingnya konsep tawakal, memasrahkan diri sepenuhnya kepada Wujud yang Maha Kuasa atas segala sesuatu: Tuhan.

Jadi, selamat membuat keputusan!

No comments: