"Setiap kita adalah pejalan kaki. Masing-masing diberi jarak tempuh sendiri-sendiri. Tiada jalan untuk mundur, tiada tempat untuk istirahat sebelum kita mencapai ujung jalan. Kita telah diberikan peta perjalanan dalam Kitab Suci, terserah masing-masing kita untuk menggunakannya atau tidak."

Monday, January 8, 2007

Tahun Baru

Hari Senin, 1 Januari 2007 adalah hari yang baru di tahun yang baru. Ya, tahun baru. Itu artinya kalender 2006 harus mengakhiri masa tugasnya, dan kalender baru yang bertuliskan angka tahun 2007 segera dibentangkan. Dengan demikian, purnalah kita menapakkan kaki, sehari demi sehari, sepanjang tahun 2006, dan akan segera melanjutkan perjalanan ini, sehari demi sehari, menempuh tahun yang baru.

Biasanya, di penghujung tahun, sebelum nuansa tahun baru benar-benar menjelang, semua media massa --cetak maupun elektronik-- biasanya akan membuat kaleidoskop, merangkum kejadian-kejadian penting selama setahun. Ada kaleidoskop bidang politik, ekonomi & bisnis, olahraga, bahkan tak ketinggalan juga kisah-kisah para selebritis. Kejadian-kejadian tersebut diungkap kembali lalu diberi makna, sebagai bahan refleksi menghadapi tahun yang akan datang.

Lalu tibalah saat yang ditunggu-tunggu itu, ketika jarum detik dan jarum panjang jam merambat pelan tapi pasti, lalu bersenyawa dengan jarum pendek membentuk waktu 00:00. Serentak prang-orang bersorak, tiupan terompet terdengar dimana-mana, dan pijaran kembang api warna-warni menerangi langit malam. Hanya sesaat sebenarnya, karena jarum detik akan segera melanjutkan perjalanannya, tanpa peduli hiruk-pikuk dunia yang tengah berpesta.
Hampir selalu, orang merayakan hari pergantian tahun. Beragam pesta dan acara diadakan. Hotel-hotel, tempat-tempat wisata, cafe, mall, stasiun TV dan radio, selalu menghadirkan acara-acara menarik. Pusat-pusat perbelanjaan berlomba-lomba menawarkan diskon khusus. Para konsumen merasa seperti dimanjakan dan ikut larut dalam pesta tahun baru.

Orang-orang selalu mencoba membuat suatu kesan yang bermakna untuk melangkah di tahun yang baru dengan caranya masing-masing. Ada yang ikut pesta kembang api, nonton konser musik, minum-minum dengan teman-teman, dan lain-lain. Tempat wisata dan hotel dipenuhi muda-mudi --dan juga orang tua-- berpasang-pasangan, sehingga tidak salah kalau seorang teman mengklain bahwa pada malam tahun baru banyak keperawanan dan keperjakaan yang hilang. Ya, malam tahun baru adalah malam ketika hedonisme merayakan kemenangan dengan seringai lebar.

Sebenarnya, yang disebut "baru" dalam perayaan tahun baru itu, apa sih? Secara riil, apakah ada perubahan yang signifikan antara tanggal 31 Desember pukul 23:59 dengan 1 Januari pukul 00:01? Apakah dengan terdengarnya lonceng tanda pergantian tahun, lalu, sebuah pintu gerbang menuju goa harta karun jadi terbuka misalnya, atau, sumbat botol Aladin terbuka dan keluarlah jinnya?

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan tahun baru. Manusia memang akan selalu membutuhkan patok-patok waktu sebagai titik tolak untuk melangkah ke depan. Tahun baru adalah waktu paling tepat untuk menyusun ulang rencana setahun ke depan serta menyiapkan energi untuk melangkah lebih lanjut. Dari sudut inilah tahun baru memainkan peran. Dalam konteks yang hampir mirip, hari ulang tahun adalah patok waktu lain yang mempunyai peran yang sama. Oleh karena itu, patut disayangkan jika momentum tahun baru hanya diisi dengan pesta dan euforia sejenak, tanpa diikuti perubahan ke arah yang lebih baik dalam kemanusiaan kita.

Selamat Tahun Baru 2007.

Berbuatbaiklah...

"Berbuat baiklah kamu dimanapun kamu berada, maka alam semesta akan selalu mencari kesempatan untuk membalas kebaikanmu."

Seorang ayah mengajak anak laki-lakinya yang berumur 7 tahun berjalan-jalan ke sebuah lembah yang cukup sepi. Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan bagi si anak, akhirnya mereka sampailah di lembah itu, dan si anak, untuk melepaskan rasa lelahnya, ia berteriak keras, "Haaah..." Sesaat kemudian terdengar suara gema yang sama seperti terikan si anak, "Haaah..."

Mendengar suara yang tidak dikenalnya itu, si anak menjadi takut dan bersikap waspada. Sementara si ayah hanya diam saja melihat tingkah laku anaknya. Anak tersebut kemudian berteriak lagi, "Kamu siapa...?" dan dijawab dengan pertanyaan yang sama dari arah lembah, "Kamu siapa...?" Si Anak tembah penasaran, kemudian ia mulai menggereng marah, "Grrrh.." dan seperti tadi, ia juga mendapat jawaban yang persis sama dari arah lembah. Si anak kemudian menengok ke arah ayahnya dengan perasaan cemas bercampur rasa ingin tahu. Sang ayah kemudian bangkit berdiri lalu ikut berteriak, "Kamu orang hebat...!", dan dijawab dengan perkataan yang sama, "Kamu orang hebat...!" Ayahnya berteriak lagi, "Kamu anak yang baik...!", dan suara itupun mengulanginya, "Kamu anak yang baik...!"

Sambil tersenyum sang ayah mengajak anaknya duduk sambil menjelaskan bahwa suara itu adalah gema, yang akan selalu memantulkan apapun yang kita katakan. Kalau kita mengatakan hal yang baik, maka ia juga akan mengatakan hal yang baik kepada kita. Lebih jauh sang ayah menjelaskan, bahwa sebenarnya seperti itulah hakikat hidup. Kalau kita berbuat baik maka alam akan membalas perbuatan baik kita dengan caranya sendiri yang tidak kita duga, bahkan dengan nilai yang lebih besar. Sebaliknya, kalau kita melakukan hal yang buruk maka alam juga akan membalas keburukan itu kepada kita.

Teman, seperti itulah hidup kita. Jika kita memberi maka kita akan diberi lebih banyak lagi. Maka beruntunglah orang-orang yang dalam hidupnya selalu berbuat baik kepada orang lain, selalu siap membantu orang-orang di sekitarnya dengan ikhlas. Banyak kisah yang menggambarkan hal ini, cerita berikut ini hanyalah satu dari sekian banyak kisah tersebut.

Salah seorang sahabat terbaik saya pernah HPnya ketinggalan di sebuah warung pecel lele. Si tukang pecel lele bingung ketika menemukan sebuah HP ketinggalan di warungnya, dia tidak tahu bagaimana caranya supaya ia bisa mengembalikan HP itu. Akhirnya ia coba saja menelepon salah satu nama yang ada di phonebook secara acak, dengan harapan orang yang ditelepon ini bisa tahu siapa pemilik HP tersebut. Ternyata, pulsa di HP itu tidak mencukupi buat menelepon, atau mengirim SMS sekalipun. Si tukang pecel lele, dengan setengah pasrah akhirnya mencoba menelepon salah satu nama yang ada di HP itu, akan tetapi menggunakan telepon wartel, kemudian menceritakan masalah HP itu dan kesulitannya mengembalikan ke pemiliknya. Kebetulan orang yang ditelepon oleh tukang pecel lele itu adalah saya.

Sekarang, giliran saya yang bingung. Seorang teman saya HPnya ketinggalan, tapi saya tidak tahu siapa nama teman saya itu. Tidak mungkin saya mengecek satu persatu nama-nama teman yang ada di phonebook karena banyak sekali. Setelah berpikir beberapa lama saya kemudian memutuskan akan mencoba beberapa nomor, kalau ternyata gagal ya saya pasrah aja. Paling tidak saya sudah berusaha sebisa saya. Nomor pertama yang saya telepon, yang mengangkat adalah si tukang pecel lele tadi! Dengan bersemangat si tukang pecel lele ini menyahut, "Ya ya bener mas, yang mas telepon bener HP ini."

Dengan penuh rasa syukur saya lalu menelepon ke adik teman saya itu dan memberitahukan bahwa HP kakaknya ketinggalan di warung pecel lele. Si kakak tentu saja sangat bersyukur HPnya kembali, dan seperti tidak percaya bahwa masih ada orang-orang jujur seperti tukang pecel lele tadi, di zaman yang serba sulit seperti ini.

Teman, kita tidak tahu bagaimana cara alam semesta membalas kebaikan kita, akan tetapi jika kita berbuat baik, maka ia akan selalu mencari kesempatan untuk membalas kebaikan kita.